Senin, 23 November 2009

KERIS PUYANG TUNGKUK

Desa Pajar Bulan adalah desa dimana kami bertempat tinggal selama di Kedurang Bengkulu Selatan. Bersama dengan penduduknya, desa ini meninggalkan kenangan yang tak terlupakan. baik suka maupun duka. masyarakatnya juga masih berpegang teguh pada adat istiadat setempat. begitu juga dengan peninggalan nenek moyang mereka yang bernama " Tungkuk" masih mereka jaga terus dan segala ritual penjagaannya masih tetap dilaksanakan.
Peninggalan nenek moyang " Tungkuk" yang saya ketahui waktu itu adalah berupa keris.
Keris itu sering mereka panggil dengan sebutan " Keris Puyang Tungkuk". Masyarakat Desa Pajar Bulan melakukan perawatan keris ini dengan cara melakukan ritual pencucian keris pusaka setiap 3 tahun sekali. Setiap pencucian keris, selalu didahului dengan ritual potong kambing dahulu untuk kemudian keris ini dicuci di air sungai yang mengalir, yang di kenal dengan nama sungai Kedurang. Masyarakat setempat menyebut sungai ini dengan sebutan " Ayik Kedurang ".
Waktu pencucian keris pusaka ini adalah waktu pagi hari sekitar pukul 4.00 WIB. Pantangan waktu pencucian keris ini adalah tidak boleh kedahuluan burung berbunyi. Setelah keris dicuci, keris di bawa pulang ke rumah kepala adat yang oleh masyarakat setempat disebut " Jurai Tue ". Masyarakat di desa Pajar Bulan juga mempercayai bahwa air bekas pencucian dari keris ini dapat menyembukan berbagai penyakit kulit, terutama penyakit yang sering disebut sebagai ghidas masam atau cacar air. Benar atau tidaknya khasiat dari air tersebut,
yang jelas ini adalah salah satu budaya Indonesia, warisan leluhur yang patut kita jaga kelestariannya, jangan sampai punah atau di akui sebagai budaya bangsa lain....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEPERTI APAKAH DEWASA ITU

Tumbuh menjadi tua adalah sebuah kehidupan, tetapi menjadi dewasa adalah sebuah pengalaman. Semua orang pasti akan menjadi tua, tetapi tidak...